Optimisme Pada Anak dan Masa Depannya

Di zaman  yang  serba canggih saat ini anak banyak menerima tuntutan, mulai dari akademis hingga sosial. Anak yang sudah terpapar dunia luar terutama oleh penggunaan sosial media, biasanya mulai memiliki keyakinan atas segala sesuatu hal dan sikap mempunyai harapan terhadap suatu hal. Standar hidup yang meningkat membuat orangtua ingin anaknya menjadi yang terbaik di segala bidang. Namun harapan tersebut terkadang hanya menjadi harapan saja tanpa adanya  edukasi dan contoh dari orangtua terhadap optimisme yang harus dimiliki oleh anak. Pengaruh dari masa kecil orangtua dan bagaimana mereka dibesarkan dapat menjadi gambaran pengasuhan serta optimis atau pesimiskah orangtua memandang hidupnya?

Psikolog dari Amerika, Martin Seligman mengatakan bahwa untuk belajar dan tumbuh, anak harus menghadapi seluruh kesulitan atau tantangan yang ia hadapi karena dengan berhadapan langsung dengan kesulitan tersebut, anak akan belajar belajar untuk meningkatkan harga diri (self-esteem) dan kebahagiaannya. Dalam masa perkembangan anak, wajar jika ia merasa marah, cemas, takut karena emosi negatif merupakan bagian dari hidup. Tetapi yang harus diperhatikan adalah bagaimana respon anak yang seharusnya ditampilkan saat mengahadapi pengalaman dan emosi negatif tersebut. Semakin positif reaksi anak ketika mengahadapi masalah maka semakin baik pula kemampuannya dalam mengelola dirinya.

Lalu apa yang dapat dilakukan orangtua untuk menumbuhkan sikap optimisme pada anak?

  1. Berhenti mengeluh di depan anak

Orangtua adalah panutan pertama anak. Setiap harinya, anak mengolah sesuatu yang ia lihat dan dengar, salah satunya adalah perilaku orangtua. Mengeluhkan hal-hal negatif di depan anak sama saja dengan mengajarkannya untuk cepat menyerah dan tidak percaya diri akan kemampuan yang dimilikinya.

  1. Mendengarkan anak

Sesibuk apapun aktivitas orangtua, mendengarkan cerita atau keluh kesah anak adalah prioritas. Dengarkan mereka dengan penuh perhatian. Pahami dan masuklah ke dalam dunianya. Berikan afirmasi positif agar anak memiliki dukungan dan kekuatan untuk bertindak.

  1. Memberi anak kesempatan untuk memecahkan masalah dan hargai usahanya

Meminta tolong anak untuk membantu mencuci piring, membawakan barang atau merapikan kamar membuat anak memiliki tanggung jawab yang harus dikerjakan. Mungkin ada kalanya mereka gagal dalam mengerjakan tugas, namun yang anak butuhkan bukanlah marah dari orangtua tetapi penghargaan atas usaha yang ia lakukan sekecil apapun. Dengan mendengar penghargaan dari orangtua maka selfesteem anak akan meningkat, keinginannya untuk belajarpun akan semakin meningkat pula

  1. Bersikap tenang

Memiliki pengharapan terhadap anak adalah suatu hal yang wajar, namun apabila tuntutan orangtua sudah melebihi batas sehingga bersikap lebih keras kepada anak hal itu justru dapat menimbulkan rasa takut pada anak. Oleh karena itu, lihatlah suatu masalah dengan pikiran yang jernih dan komunikasikan apapun yang menjadi kendala sehingga anak dapat belajar bahwa ketenangan dalam diri dapat membantu diri untuk melihat masalah menjadi lebih objektif dan keyakinan positif dalam mencari jalan keluar.

  1. Mengajarkan hikmah dibalik semua peristiwa

Hal yang tidak kalah penting untuk diajarkan kepada anak adalah pemahaman bahwa bagaimanapun hasil akhir atas usaha yang dilakukan anak, pasti akan ada nilai positif yang dapat dipelajari. Misalnya jika hasil kue buatan anak belum begitu terasa enak dan ia berkata “Aku memang tidak bisa memasak” atau “Aku gagal membuat kue”, tekankan padanya bahwa bukan berarti ia gagal. Kegagalan ini merupakan hal wajar dan pasti dialami setiap orang yang ingin berhasil karena kegagalan merupakan pelajaran berharga yang berguna untuknya di hari yang akan datang.

Penulis: Amelia Ajrina, S.Psi