Saat ini kita hidup di lingkungan yang memiliki pandangan bahwa menjadi juara di sekolah itu sudah dipastikan akan sukses dan bahagian di masa depan. Anak yang mengikuti berbagai les sudah pasti dikategorikan pintar. Definisi tentang sukses dan mindset harus sukses di masa dewasa ini sudah diterapkan orangtua sejak kita kecil. Contoh, nilai matematika 100 sebagai bukti bahwa anak kita pintar, kemampuan bahasa Inggris yang tinggi sebagai bukti anak kita cerdas. Harus masuk SMP favorit A, SMA Favorit B, Perguruan Tinggi Negeri C bahkan kerja pun harus di kantor dengan kriteria tertentu supaya bisa dicap sukses. Menurut penelitian, standar-standar yang ditetapkan orangtua maupun masyarakat tersebut secara tidak langsung membuat anak memiliki kecemasan dan kepercayaan diri yang rendah. Belum lagi kalau ada perilaku membanding-bandingkan kualitas akademik anak sendiri dengan anak orang lain bisa jadi bibit luka batin anak akan timbul dan ini pengaruhnya bisa sampai anak dewasa.
Sebenarnya, tidak ada yang salah dengan menetapkan standar tertentu, karena pada dasarnya, semua orangtua memang ingin yg terbaik untuk anak di masa depan. Pendidikan akademik memang penting untuk mendapat pengetahuan dasar yang akan digunakan untuk kehidupan sehari-harinya, tetapi jika orangtua hanya menilai kesuksesan hanya diukur dari akademik saja dan mengabaikan kemampuan lain yang dimiliki anak justru akan menghambat perkembangan dirinya. Menurut buku The Danish Way of Parenting, di Denmark tidak ada penekanan untuk harus ahli dalam pendidikan atau bidang tertentu tetapi lebih pada keseluruhan aspek. Selain akademik, disana orangtua dan guru lebih menekankan fokus pada kemampuan bersosialisasi, harga diri, kepercayaan diri yang mengarahkan mereka untuk memiliki ketangguhan dan jalan yang tepat dalam menghadapi kesulitan hidup. Menurut mereka, seorang anak yang belajar menghadapi stres, lika-liku pertemanan dan realita kehidupan akan sangat berbeda dari anak yang hanya pintar secara akademik saja.
Mereka juga menyatakan bahwa jika anak melakukan sesuatu hanya untuk mendapatkan pujian dan penghargaan dari orang lain, anak memiliki kesempatan yang kecil untuk mengembangkan dorongan pribadinya. Padahal anak secara mendasar membutuhkan ruang dan kepercayaan untuk melakukan banyak hal, yang dapat berguna saat menyelesaikan masalah mereka sendiri. Ketika anak sudah diberikan kepercayaan tersebut maka ia akan menemukan harga diri dan kekuatan yang berasal dari dirinya sendiri, bukan orang lain. Ada kalanya minat dan bakat dapat tidak terlihat dari sejak kecil di sekolah. Menemukan minat dan bakat ada butuh proses yang kadang memakan waktu sepanjang hidup. Oleh karena itu, selalu memberikan anak kesempatan untuk melakukan aktivitas lain diluar akademik dapat memperkaya pengetahuan dan ketangkasannya. Yang terpenting yuk, bantu anak untuk memahami bahwa setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan yang harus diterima sehingga mereka memiliki rasa cinta terhadap diri sendiri.
Penulis: Amelia Ajrina, S.Psi