Kegiatan pembelajaran di kelas, seringkali didominasi oleh proses transfer ilmu pengetahuan. Namun, menanamkan karakter positif juga perlu menjadi prioritas yang tentunya akan berdampak baik pula pada proses belajar. Memupuk kedisiplinan siswa sejak dini memang akan menjadi hal yang penuh tantangan. Dibutuhkan konsistensi yang tidak putus agar secara perlahan tumbuh kesadaran siswa terkait pentingnya memiliki kedisiplinan yang tinggi dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab sebagai seorang individu.
Menumbuhkan kedisiplinan siswa tidak selalu menjadi hal yang terkesan kaku, sepihak dan jauh dari pemberian toleransi. Penerapan positive discipline justru mengutamakan komunikasi terbuka sebelum punishment. Komunikasi terbuka dapat dicapai dengan menciptakan lingkungan kelas yang mendukung dan kesediaan guru untuk membangun hubungan yang positif serta suportif terhadap siswa.
Pada saat tahun ajaran baru dimulai, komitmen atau peraturan perlu disusun kemudian disampaikan dengan jelas oleh guru atau fasilitator . Komitmen tersebut dapat berkaitan dengan kapan jam pelajaran akan dimulai dan selesai, deadline pengumpulan tugas-tugas serta berbagai peraturan terkait sikap yang perlu dikembangkan dalam kelas. Jika siswa sudah dirasa siap dan mampu dilibatkan dalam pengambilan keputusan kelas, penting juga untuk memberikan kesempatan bagi siswa untuk memberikan pendapatnya. Setiap peraturan yang disusun dan diterapkan perlu diikuti dengan penjelasan terbuka kepada siswa. Siswa perlu mengetahui mengapa peraturan di buat sehingga mereka akan memiliki pemahaman dan kesadaran yang penuh serta terdorong untuk memenuhi peraturan tersebut.
Dalam perjalanannya, mungkin akan ditemukan siswa-siswa yang kesulitan mengikuti ritme kelas. Kesulitan hadir tepat waktu, terlambat dalam mengumpulkan tugas dan mungkin kesulitan untuk memertahankan fokus selama kegiatan belajar berlangsung. Dalam penerapan positive discipline, membantu siswa untuk memahami pentingnya bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukan adalah salah satu dasar yang penting. Sehingga diskusi mengenai situasi yang sedang terjadi dan mencari solusi bersama perlu dilakukan. Guru atau fasilitator dapat membantu anak untuk mengungkapkan kesulitan yang dialami dan mendorong mengambil kesempatan belajar dari kesalahan yang dibuat.
Penulis : Imarotul Mashiroh, S.Psi