Aktivitas untuk untuk meningkatkan kemampuan sosial pada special need students

Penyusun : Imarotul Mashiroh, S.Psi

Kemampuan sosial merupakan salah satu komponen utama yang penting untuk terus dikembangkan pada siswa dalam upaya mempersiapkan mereka menjalankan peran serta  berkontribusi pada lingkungan keluarga, sekolah, pekerjaan dan masyarakat. Bagi siswa dengan special needs, pengalaman mengembangkan kemampuan sosial bisa jadi sebuah tantangan bahkan dapat menjadi hal yang menakutkan. Terlebih bagi siswa yang mendapatkan pengalaman-pengalaman yang menakutkan seperti bullying.

Dalam perkembangan meningkatkan perilaku prososial, mungkin fasilitator akan menemukan perilaku-perilaku yang kurang berkenan dan terjadi berulang dari siswa. Menumbuhkan pemahaman, pengertian dan empati akan membantu fasilitator untuk tidak mudah merasa kesal. Sebaliknya, saat fasilitator cenderung lebih banyak menghakimi, menunjukan kekesalan atau ketidaksabaran akan memperburuk masalah perilaku. Siswa akan merasa seolah-olah apapun yang dilakukannya tidak pernah cukup untuk dipuji atau dihargai. Hal ini memungkinkan siswa untuk putus asa dan tidak melanjutkan upayanya.

Berikut ini beberapa aktivitas yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keterampilan sosial pada special need students.

Prosocial modelling

Saat berinteraksi bersama, beberapa siswa mungkin menunjukan perilaku prososial. Pada saat yang bersamaan, siswa yang lain akan menyaksikan dan mengobservasi perilaku tersebut. Sehingga penting untuk menunjukan bahwa perilaku prososial yang dilakukan perlu diteladani dengan cara mengapresiasi siswa tersebut spesifik pada perilaku yang dimaksud.  

Positive reinforcement

Memberikan pujian, apresiasi atau respon positif saat siswa mulai menunjukan perilaku prososial dapat memotivasi mereka untuk terus menerapkan perilaku tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, memberikan penghargaan terhadap upaya yang dilakukan siswa juga menjadi salah satu upaya menjalin hubungan yang suportif dan penuh kepercayaan antara fasilitator dan siswa.

Social Story

Dikutip dari http://www.njcie.org/, social storiesTM dibuat oleh Carol Grey untuk mengajarkan keterampilan sosial bagi anak autis serta disabilitas lainnya. Social story  memberikan individu informasi akurat tentang situasi yang mungkin sulit atau membingungkan. Social story disusun untuk meningkatkan pemahaman individu, membuatnya lebih nyaman dan memungkinkan untuk memberikan saran  mengenai tanggapan yang sesuai untuk situasi yang dimaksud. Berikut contoh salah satu social story.

“Lining Up at School”

Sometimes at school we line up.

We line up to go to the gym, to go to the library, and to go out recess. Sometimes my friend and I get excited when we line up, because we’re going someplace fun, like out to recess. It is okay to get excited, but it is important to try walk to the line. Running can cause accidents, and my friends or I Could get hurt.

Comic strip conversation:

Comic strip conversation diperkenalkan oleh Carol Gray. Comic strip conversation menggunakan gambar dan simbol untuk merepresentasikan sosial interaksi. Beberapa elemen interaksi sosial yang bersifat abstrak seperti mengenali emosi orang lain divisualisasikan sehingga lebih mudah untuk dipahami. Pembuatan comic strip conversation dapat dimulai dengan membicarakan bersama tentang situasi tertentu yang pernah dihadapi siswa. Siswa dapat menggambarkan siapa saja yang terlbiat, bagaimana percakapan yang terjadi dan emosi yang dirasakan. Selanjutnya fasilitator dapat merangkum situasi tersebut dan membuat rencana bersama tentang respon yang dapat siswa berikan jika situasi tersebut terjadi kembali.

www.smcacademy.co.uk