Self Regulation pada Siswa ADHD

Penyusun : Afifah Nurul Karimah, S.Psi

Banyak penderita ADHD kesulitan mengelola emosi dan mengatakan hal-hal yang tidak sesuai dengan suatu situasi tertentu. ADHD seringkali memiliki masalah dalam fleksibilitas terhadap suatu kondisi atau situasi. Hal ini menjadi suatu tantangan tersendiri, khususnya pada para pendidik atau orangtua yang memiliki anak ADHD karena siswa/anak ADHD cukup kesulitan untuk beralih dari satu situasi ke situasi lain dan menemukan cara baru untuk beradaptasi dengan baik.

Hal tersebut berdampak terhadap kurangnya atau lemahnya “self-regulation”. Siswa ADHD cenderung menunjukkan reaksi berlebihan pada situasi tertentu karena mereka tidak dapat berhenti sejenak/tenang sejenak, merenungkan situasi, dan menemukan solusi atas suatu hal tersebut. Mereka mungkin juga kesulitan menangani emosinya sendiri dan terus memikirkan perasaan atau pengalaman negatif.

Namun, pendidik dan para orangtua tidak perlu bermurung terlebih dahulu, karena selalu ada cara untuk membantu. Langkah pertama adalah berusaha mengenali kecenderungan masalah yang akan terjadi. Itu bisa berupa informasi yang masuk melalui indera atau melalui pikiran internal, sehingga anak dapat bersiap-siap untuk menyalakan sinyal “pengaturan diri” atau “self-regulation”.

Self-regulation adalah keterampilan yang memungkinkan orang untuk mengelola emosi, perilaku, dan gerakan tubuh ketika dihadapkan pada situasi yang sulit. Ini juga memungkinkan mereka melakukannya sambil tetap fokus atau sadar secara utuh.

Banyak anak dan bahkan orang dewasa bergumul dengan pengaturan diri mereka sendiri. Mereka bertindak secara impulsif dalam situasi emosional dan dengan mudahnya mengatakan, bersikap atau merespon akan suatu hal.

Self-regulation itu seharusnya seperti termostat. Termostat aktif atau nonaktif untuk menjaga ruangan pada suhu tertentu, atau “titik setel”. Benda ini dapat melacak perubahan suhu, membandingkannya dengan titik setel, dan “tahu” apakah akan memanaskan atau mendinginkan ruangan. Begitu pula analogi untuk melakukan pengaturan terhadap segala reaksi emosional dalam diri.

Kita semua memiliki titik setel pengaturan sendiri. Untuk mempertahankan tingkat kendali itu, khususnya pada siswa/anak kita, kita perlu untuk :

1, Pantau perubahan di lingkungan sekitar anak/siswa

2. Berikan penilaian terhadap bagaimana anak/siswa merasa dan bereaksi terhadap suatu hal

3. Bandingkan dengan titik setel/pengaturan yang telah di-setting oleh para pendidik kepada anak

4. Sesuaikan dan kembali kepada pengaturan yang utama yaitu titik setel (tenang)

Bagaimanapun, self-regulation adalah keterampilan yang berkembang seiring waktu. Sehingga, bagi para pendidik perlu untuk mengupgrade skill diri untuk menjaga regulasi diri anak.