Bisa Membaca vs Cinta Membaca

Penyusun : Dessy Yustiana, S.Pd

Proses belajar literasi yang berkaitan dengan keterampilan berbahasa tulis mengandung 3 aspek yang saling berkaitan, yaitu:

a. Bisa Membaca

b. Membaca-memahami

c. Cinta Membaca

A  Bisa Membaca Baru Langkah Awal

Tahapan awal dari proses literasi diawali dengan anak-anak belajar membaca. Anak belajar mengenal huruf, melafalkan suku kata dan kata, kemudian membaca rangkaian huruf yang tersusun dalam kata dan kalimat.

Ketika anak sudah bisa membaca, bukan berarti urusan selesai. Masih ada hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan dan dilakukan agar keterampilan membaca itu bermanfaat bagi anak.

B. Membaca adalah Untuk Memahami

Karena manusia bukan beo, kita bukan hanya membunyikan huruf dan kata. Kita membaca untuk mencari informasi dan memahami materi yang kita baca.

Demikian pun, proses belajar anak-anak tidak hanya berhenti pada kemampuan melafalkan huruf dan kata, tetapi perlu bergerak naik hingga memahami makna dari kalimat yang dibacanya.

Dengan memahami makna teks yang dibaca, di sinilah proses belajar yang sejati sesungguhnya terjadi. Anak mendapatkan wawasan, pengetahuan, dan aneka sudut pandang melalui buku atau teks yang dibacanya.

Memahami adalah salah satu inti dari proses belajar membaca.

c. Membangun Budaya Cinta Membaca

Selain memahami teks yang dibaca, proses belajar membaca perlu mengembangkan sebuah aspek yang berdampak jangka panjang yaitu budaya kecintaan membaca.

Budaya kecintaan membaca terbentuk dari proses belajar membaca yang membahagiakan. Peran orang tua sangatlah penting sebagai lingkungan pertama yang memperkenalkan budaya membaca yang menyenangkan.

Sebagai sebuah budaya, proses membangun kecintaan membaca ditempuh melalui jalan panjang, bertahap, berulang-ulang selama bertahun-tahun tidak dapat dilihat dalam waktu yang instan, maka dari itu pentingnya membangun budaya membaca dari lingkungan keluarga.

Jika budaya kecintaan membaca telah diperoleh anak, maka anak akan terus bersemangat belajar dan membaca apapun yang menjadi minat dan perhatiannya. Bonusnya tanpa perlu diminta, dipaksa, bahkan dituntut untuk membaca, dengan senang hati anak akan melakukannya karena kegiatan membaca sudah tertanam menyenangkan dalam pikirannya.

Apa saja sih tantangan dalam Belajar Membaca?

Tantangan yang sering terjadi saat anak-anak belajar membaca adalah penekanan hanya pada langkah pertama, yaitu anak bisa membaca. Cukup banyak orangtua yang bergegas dan berlomba-lomba agar anaknya secepatnya bisa membaca atau melafalkan huruf, suku kata, dan kata.

Orangtua berlomba-lomba agar anaknya bisa membaca, tapi berhenti hanya sampai bisa melafalkan huruf dan membaca kata. Ketika anak sudah bisa membaca (read aloud), seolah semuanya sdah selesai.

Padahal itu baru langkah pertama.

Yang perlu disadari dan dijaga oleh orangtua adalah agar proses belajar membaca anak tidak hanya ditujukan untuk kepentingan jangka pendek, tetapi juga bermanfaat jangka panjang bagi anak.

Beberapa hal perlu diperhatikan,

Pertama, proses belajar membaca tak boleh merusak kecintaan anak untuk membaca dan mencintai bacaan. Anak jangan sampai merasa trauma dalam proses belajar membaca, sehingga dia membenci buku dan kegiatan membaca.

Kedua, perkenalkan anak dengan bahan bacaan sedini mungkin, luangkanlah waktu untuk membaca buku bersama, bangunlah suasana yang menggembirakan saat membaca

Ketiga, setelah anak bisa membaca, proses belajar selanjutnya adalah membimbing anak agar memahami yang dibacanya sambil mengembangkan kemampuan kritisnya.

Keempat, jadilah panutan bagi anak, jika ingin menumbuhkan kecintaan membaca pada anak maka jadilah sosok orang tua yang gemar membaca, sehingga anak termotivasi untuk rajin membaca

Jangan sampai anak belajar membaca dan mau membaca hanya karena tuntutan materi pelajaran sekolah yang harus ia kerjakan, namun anak tidak menikmati momen membacanya.

Anak yang bisa membaca belum tentu cinta membaca, tetapi anak yang cinta membaca sudah pasti bisa dan paham apa yang dibacanya.