Oleh : Dory Agustia Rantawi., S.Pd.
“Saya menyukai kamu, tetapi saya tidak tahu bagaimana cara saya menyampaikannya langsung didepan kamu”….
Kutipan diatas adalah ungkapan dalam hati yang mungkin beberapa orang alami ketika ada sebuah perasaan yang terasa mengganjal dihati mereka dan bersumber dari selaras nya pikiran dan reaksi emosi dari dalam diri. Namun pada kenyataannya ungkapan tersebut selesai hanya didalam pikiran atau hanya diungkapkan didepan kaca sambil menanyakan tentang yang dirasakan.
Pada dasarnya semua datang dari komunikasi yang memiliki fungsi untuk menyampaikan tujuan, pendapat dan emosi dari dalam diri atau hanya untuk memulai sebuah interaksi. Setiap harinya dengan sadar atau tidak sadar baik langsung dan tidak langsung, masing-masing dari kita sebagai individu melakukan komunikasi. Berbeda gaya Bahasa, gestur tubuh, mimik wajah dan mungkin disampaikan secara verbal.
Jika individu tidak mampu menyampaikan sesuatu secara verbal, maka ekspresi mampu menolong mereka untuk membantu menyampaikan apa yang ingin mereka katakana kepada seseorang atau sekelompok orang. Tidak heran jika kita menemukan seseorang dengan perilaku yang terlihat berlebihan atau Nampak special kepada yang lainnya. Seperti seorang anak laki-laki yang menyukai seorang perempuan, jika tidak mampu diungkapkan secara langsung, maka cara termudah yang ia lakukan adalah memberikan perhatian atau memberikan perlakuan special kepada si perempuan. Namun apakah akan selalu pada tempatnya seseorang itu menyampaikan ekspresi mereka ?
Dengan sederhana ekspresi dapat menggambarkan keadaan emosi seseorang. Hal itu mungkin terjadi pada setiap kita yang tumbuh dan berkembang dengan sentuhan banyak sekali input lingkungan baik dari apa yang kita tonton apa yang kita dengar apa yang kita rasakan sendiri atau mungkin dari cerita cerita yang dibaca. Lalu bagaimana dengan anak berkebutuhan khusus ? apakah mereka mampu mengungkapkan emosi mereka dengan berekspresi atau bahkan berekspresi juga menjadi kendala bagi mereka ?
Secara beraturan mari kita cermati bersama tentang anak berkebutuhan khusus yang mungkin kita kenal di lingkungan sekitar kita baik teman, saudara, atau kerabat rekan serta kenalan. Apakah mereka memiliki perasaan yang terpendam dalam hati mereka ? apakah mereka bisa menyampaikan isi hati mereka dengan tepat atau apa yang akan mereka lakukan jika tejadi sesuatu yang membuat mereka tidak nyaman ? pertanyaan-pertanyaan ini akan muncul ketika mulai mencoba untuk mengamati kembali perilaku mereka.
Tentu saja jawaban yang muncul juga akan beragam. Tidak ada yang salah dan tidak ada yang kurang tepat. Masing-masing dari anak berkebutuhan khusus memiliki keunikan dari dalam diri mereka untuk mengungkapkan apa yang mereka rasakan dengan cara mereka sendiri. Oleh sebab itu, dirasa penting untuk memberikan pengetahuan kepada mereka tentang bagaimana cara yang tepat untuk melakukan komunikasi dengan orang yang membuat mereka tertarik dan tidak memunculkan perilaku yang maladapatif.
Beberapa hal penting untuk mengenalkan anak dengan komunikasi dan ekspresi sejak dini adalah :
- Mengukur perkembangan emosional
Perkembangan emosional seorang anak pada setiap usianya tentu berbeda. Input lingkungan menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi seorang anak untuk dapat berkomunikasi dengan verbal atau mungkin lebih baik dari segi berekspresi. Perkembangan ini membantu mereka dilingkungan social untuk memulai interaksi dan menjadi pintu masuk untuk diterima pada lingkup sosial. Memperhatikan cara anak berkomunikasi dan berekspresi dengan lingkungan mereka, orang tua akan mampu melihat sejauh mana si anak mengerti caranya berkomunikasi. Contoh sederhana, saat ini si A ingin bermain dengan si B mereka dua anak lelaki yang satu sekolah dan rumah berdekatan, namun ketika si A mengajak B bermain, B menolak dengan alasan B ingin menonton saja tetapi A memaksa dengan menarik tangan B untuk keluar rumah dan menuju halaman bermain. Tindakan ini akan terlihat normal saja, tetapi belum tepat karena si A tidak berusaha mengerti kondisi keadaan si B dan itu harusnya dapat dikomunikasikan dengan lebih baik.
- Memberikan rasa aman dan nyaman
Seorang anak terlihat sangat ceria, namun dibalik keceriaannya ternyata ia menyimpan sebuah perasaan kesal karena permintaan orang tua yang tidak sesuai dengan keadaan emosinya saat itu. Alih-alih menceritakan atau menyampaikan ketidaknyamananya si anak malah melakukan dengan terpaksa. Ketika seorang anak merasa tidak nyaman dan aman saat bersama orang tuanya dan hanya merasa terpaksa lalu tidak mengkomunikasikannya atau lebih hebat dengan berekspresi seakan menerima keinginan orang tuanya, ini sungguh akan menjadi petaka awal dikarenakan si anak akan berusaha menemukan hal lain atau tempat lain dimana ia akan merasa lebih baik dan melakukan apa yang ia inginkan. Oleh sebab itu, pembiasaan diri dengan hanyha bertanya “gimana disekolah hari ini ? happy atau ada yang bikin kesal ?” itu sudah awal yang baik untuk membuat anak lebih terbuka dengan orang tua sehingga ia tidak salah dalam mengekspresikan diri.
- Memunculkan rasa simpati dan empati pada diri anak
Hal dasar yang sering terabaikan adalah perasaan empati dan simpati seorang anak kepada rekan sebayanya atau bahkan lingkungan sekitarnya. Tentu saja ini dimulai dengan pembiasaan dari orang tua, parenting yang tepat juga dapat membuat hal tersebut muncul. Stimulan dapat dimulai dari kebiasaan orang tua untuk mencontohkan bentuk rasa simpati dan empati dari kejadian di sekitar dan dari tontonan bersama anak. Rasa simpati dan empati ini membantu anak agar dapat lebih peduli dengan lingkungan baik disekolah dirumah dan berbaur di masyarakat. Juga bertujuan untuk membantu anak agar dapat menyelaraskan perilaku nya dengan sangat situasional.
- Menghindari perilaku maladaptif
Ketika seorang anak tidak mampu untuk berkomunikasi dengan baik atau menyampaikan ekspresi dengan tepat maka kemungkinan perilaku maladaptive muncul lebih baik dan lebih besar pula chance untuk bisa mendapatkan respon yang tidak tepat dari sekitarnya. Misalnya, seperti seorang anak yang sebenarnya ingin bermain bersama teman temannya, namun dengan tanpa aba-aba, ia langsung bermain saja tanpa ada obrolan sebelumnya,maka bisa dibayangkan reaksi dari teman teman sekitarnya. Dalam jangka panjang, perilaku seperti tidak dapat membuat anak diterima dengan baik dari sekitarnya dan dengan sangat harus di ubah.