Bagaimana Siswa Penyandang Tuli Mempelajari Kata Abstrak?

Oleh: Imarotul Masiroh, S.Psi

“X adalah seorang siswa penyandang tuli. Suatu hari ia menjumpai kata baru yaitu kata “Meminjam”. X awalnya secara mandiri mencari di internet dengan mengetik kata tersebut. Hal yang biasa ia lakukan ketika menemukan kata baru. X berharap ia menemukan gambar yang dapat menjelaskan kata tersebut. Seperti misalnya ketika ia mencari kata melon lalu muncullah jenis buah berwarna hijau dengan bentuk bulat dan berukuran besar. Tapi kali ini tidak ada satupun gambar yang dapat mewakilkan dan membuat X paham dengan kata tersebut.”

Cerita di atas adalah sedikit gambaran betapa teman tuli harus sangat berjuang untuk memahami kata abstrak agar ia mampu memahami dunia di sekitarnya serta menunjang kemandiriannya. Dibutuhkan waktu yang lama agar ia dapat memahami satu kata abstrak. Sehingga sangat mungkin jika kita menemukan perbendaharaan kata yang sangat minim pada teman tuli. Namun, bukan berarti tidak ada upaya yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan kemampuan bahasa teman tuli. Berikut ini beberapa tips yang dapat diterapkan dalam proses belajar bahasa khususnya pada kata abstrak. 

  1. Pahami karakter siswa

Tuli dibedakan menjadi beberapa kategori. Dari tuli ringan hingga tuli total. Dengan memahami secara mendetail, kita akan lebih memahami tingkat kesulitan yang mereka hadapi. Beberapa siswa tuli juga bisa saja mengalami kondisi lain seperti cerebral palsy atau intellectual disability yang juga akan mempengaruhi proses belajarnya. Sehingga kita mampu memberikan target belajar yang lebih realistis.

  1. Gunakan berbagai media yang mendukung

Dalam memahami kata abstrak, berikanlah stimulasi yang lengkap. Mulai dari contoh kalimat yang menggambarkan kata tersebut serta menggunakan gambar atau video yang menampilkan situasi dari kata tersebut.

Sebagai contoh siswa mempelajari kata meminjam. Dalam KBBI, meminjam diartikan memakai barang (uang dan sebagainya) orang lain untuk waktu tertentu (kalau sudah sampai waktunya harus dikembalikan). 

Pengajar perlu memberikan contoh situasi bagaimana penggunaan kata meminjam. Misalnya seperti situasi di bawah ini.

“Anna ingin membeli air mineral. Namun, ia tidak membawa uang. Anna meminjam uang Rp 5.000 kepada kakaknya. Ketika Anna pulang ke rumah, Anna mengambil uang Rp 5.000 di dompetnya dan memberikan kepada kakaknya. Anna harus memberikan uang Rp 5.000 ke kakak karena sebelumnya ia meminjam uang tersebut untuk membeli air mineral.”

Pengajar bisa memberikan situasi-situasi yang berbeda hingga akhirnya siswa benar-benar memahami penggunaan kata tersebut. Salah satu indikator keberhasilan siswa adalah ia mampu menuliskan dengan mandiri contoh situasi yang tepat untuk penggunaan kata tersebut. 

  1. Pengulangan yang konsisten

Berikanlah pengulangan setiap kata baru yang telah siswa kuasai. Pengulangan sangat menentukan keberhasilan siswa mengaplikasikan kata yang telah diperoleh. Alih-alih terus menambahkan kata baru, kita bisa menjadwalkan secara rutin untuk pengulangan. Sebagai contoh 40 menit dalam satu hari digunakan untuk mengulang kata yang sebelumnya telah dipelajari. 

  1. Memahami isi teks 

Berikan teks yang sesuai dengan kemampuan siswa. Mulai dari teks singkat berisi 1-2 paragraf dengan topik yang masih dekat dengan keseharian siswa. Ajak mereka berdiskusi dan berikan pertanyaan terkait teks. Sebagai contoh dengan menanyakan aspek 5W+1H. Dengan memberikan latihan memahami teks kita bisa mengetahui dimana level kemampuan siswa. Apakah mereka memahami fungsi berbagai jenis kata (kata penghubung, kata depan, kata keterangan, dll) dan apakah mereka memahami berbagai jenis kalimat (kalimat tanya, kalimat perintah, kalimat aktif dan pasif, dll).

  1. Berikan dukungan dan motivasi 

Mempelajari bahasa adalah sebuah tantangan yang besar bagi siswa penyandang tuli. Tidak menutup kemungkinan mereka akan merasa frustasi dan berujung hilangnya semangat dan motivasi belajar. Saat hal itu terjadi, berikanlah ruang untuk mereka mengekspresikan emosi yang dirasakan. Tunjukkanlah bahwa kita berusaha memahami kesulitan yang dihadapi dan bersama-sama mencari alternatif metode yang dapat mempermudah proses belajar.

Perjalanan pembelajaran bahasa bagi penyandang tuli akan melalui proses yang lebih panjang. Sehingga dibutuhkan dedikasi, kreativitas serta kesabaran dalam melalui prosesnya. Lingkungan perlu memberikan dukungan yang penuh dan berorientasi pada proses belajar dan menghindari tekanan belajar yang hanya berfokus pada hasil.