Didiklah anak sebagai ‘Budak’ dari sekarang supaya tidak menjadi ‘Raja’
Mungkin ungkapan tersebut yang pas digunakan melihat kondisi saat ini.
Banyak orangtua yang terlalu sayang kepada anaknya, sehingga semua keinginan anak-anak diikuti.
Orangtua tidak kuasa menolak keinginan anak, alhasil, semua keinginan anak harus terpenuhi begitu anak meminta. Dampaknya, anak kurang terasah kepekaannya, sehingga anak akhirnya cenderung memaksakan semua keinginannya.
Orangtua mungkin pernah melihat kejadian dimana Ibu sibuk bekerja di rumah (mencuci, mengepel, memasak dan bahkan membersihkan kamar anak), padahal si Ibu memiliki2-3 anak duduk depan TV, main handphone atau apapun. Ketika diminta membantu, banyak alasan dan keluhan yang diuatarakan (malas, tidak mau, capek dan alasan lainnya), bahkan ada yang pergi dan merajuk.
Budaya anak menjadi “Raja” semakin meluas sekarang ini. Kenapa? Karena anak-anak belum merasakan dididik menjadi disiplin sejak kecil.
Orangtua selalu berdalih,
“Tidak apa-apa mereka masih anak-anak..”
“Jangan biarkan anak laki-laki mengerjakannya, seperti pelayan aja..”
Jika budaya ini dibiarkan, maka orang tua bersiaplah untuk menjadi “budak” bagi anak di masa tua.
Mendidik anak untuk bisa mandiri bisa dimulai dari hal-hal yang kecil, seperti:
- Anak diajak untuk bersama membersihkan tempat tidur saat bangun tidur
- Bersama anak merapihkan mainan jika sudah selesai bermain
- Bersama anak merapihkan meja makan dan peralatan makan setelah makan
- Dan hal-hal kecil lainnya
Semakin besar anak, maka bisa diberikan tugas yang semakin besar, yang pada akhirnya akan menjadi kebiasaan dan karakter anak.
Orangtua adalah guru pertama anak, orangtualah yang menjadi sumber stimulasi dan informasi utama bagi anak. Stimulasi dan informasi ini tertuang melalui pola asuh yang diterapkan orangtua kepada anak-anaknya. Pola asuh yang positif akan membentuk karakter anak yang positif pula, demikian sebaliknya. Itulah sebabnya, orangtua harus memberikan pola asuh yang tepat bagi anak-anaknya.
Penulis: Irfan Setiawan, S.Pd