Berpikir kritis adalah salah satu keterampilan yang dibutuhkan dalam mendukung seseorang menjadi mandiri dan menghadapi berbagai persoalan maupun tantangan. Banyak tokoh mencoba mendeskripsikan tentang berpikir kritis dan aspek-aspeknya. Menurut Emili R.Lai (dalam Zakiah & Lestari, 2019) berpikir kritis meliputi komponen keterampilan-keterampilan menganalisis argumen, membuat kesimpulan menggunakan penalaran yang bersifat induktif atau deduktif, penilaian atau evaluasi, membuat keputusan atau memecahkan masalah.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita akan menjumpai informasi-informasi dari berbagai sumber. Baik yang didapatkan langsung dari orang-orang di sekitar atau melalui media. Informasi yang didapatkan akan digunakan oleh individu sebagai referensi dalam menjalani berbagai aktivitas, mengambil keputusan serta menentukan sikap yang tepat. Namun, memperoleh informasi saja belum cukup. Dibutuhkan keterampilan menganalisa dan menarik kesimpulan yang tepat dari informasi yang didapatkan. Pada sisi lain, tidak menutup kemungkinan referensi informasi yang tersedia sepenuhnya valid. Bahkan diantaranya bisa mengarah pada bahaya jika informasi tersebut diyakini atau diterapkan.
Melatih keterampilan berpikir kritis dalam kegiatan pembelajaran akan menjadi sebuah tantangan tersendiri. Namun, jika keterampilan berpikir kritis sudah tertanam sejak dini sangat memungkinkan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan belajar dan mengelaborasi informasi atau pengetahuan yang ia miliki dengan tepat. Nantinya siswa akan terdorong menjadi pribadi yang mandiri dan bertanggung jawab. Bertanggung jawab dalam mengambil keputusan yang tepat, memecahkan berbagai persoalan dan mempunyai pemikiran yang terbuka namun juga tidak mudah untuk dipengaruhi. Beberapa kegiatan sederhana di bawah dapat dilakukan dalam upaya untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.
Menganalisis kasus
Lewat menganalisis kasus, anak-anak akan terdorong untuk menyampaikan pendapat dan menemukan pola sebab-akibat. Kegiatan menganalisis kasus dapat dimulai pada hal-hal sederhana seperti mengapa semangat belajar seseorang berubah-rubah setiap hari? apakah hal itu wajar terjadi? apa penyebabnya? akibat apa yang akan ditimbulkan? apa yang dapat dilakukan agar tetap bisa belajar dengan maksimal walau sedang berasa dalam suasana hati yang tidak menyenangkan? anak-anak akan mencoba menyampaikan pendapat, menyusun hipotesis jawaban, dan mencari alternatif solusi.
Mendiskusikan cerita atau berita
Membaca sebuah cerita atau berita akan semakin menarik jika diikuti kegiatan diskusi yang aktif dari guru dan siswa. Lewat cerita atau berita tergambarkan realitas kehidupan sehari-hari yang bisa jadi akan menjadi pengalaman berharga bagi siswa nantinya. Sama seperti pada menganalisis kasus, guru dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya tidak tersedia secara eksplisit dalam bacaan. Sebagai contoh ketika membahas tentang sebuah cerita, mungkin dapat ditanyakan mengapa tokoh dalam cerita melakukan hal tersebut? apakah menurutmu tindakan yang diambil sudah tepat? kira-kira apa yang menyebabkan tokoh dalam cerita melakukan hal tersebut? amanat atau pesan apa yang dapat kita ambil?.
Menjalankan proyek sederhana
Selain melatih team work, menjalankan proyek juga akan mengembangkan elemen-elemen berpikir kritis siswa. Siswa berlatih memunculkan ide-ide kreatif, mengkolaborasikan ide pribadi dengan anggota team, mengukur kapasitas dan sumber daya yang dimiliki, menyusun strategi agar mencapai tujuan, serta memecahkan persoalan-persoalan yang muncul dalam pelaksanaan proyek. Siswa juga berlatih mengkomunikasikan ide yang dimiliki dan berusaha menjelaskan agar dipahami oleh anggota team. Evaluasi pada proyek yang telah dikerjakan juga akan membantu siswa menemukan hal-hal yang perlu dihindari pada kegiatan selanjutnya
Sumber :
Zakiah, L., & Lestari, I. (2019). Berpikir Kritis dalam Konteks Pembelajaran. Bogor: Erzatama Karya Abadi.
Penulis : Imarotul Mashiroh, S.Psi