Keterampilan Sosial pada Anak Prasekolah

Dalam artikel yang ditulis oleh Thomas Lovecraft (2018), pada masa kanak-kanak, keterampilan sosial pertama yang dipelajari anak-anak diperoleh dengan mengamati orang dewasa di sekitar mereka dan contoh peran dari apa yang mereka lihat.

Itulah mengapa menjadi orang tua lebih dari sekadar memperhatikan kebutuhan fisik seorang anak. Sebelum seorang anak masuk ke ruang kelas, mereka harus diajari beberapa keterampilan sosial.

Keterampilan sosial pertama yang dipelajari anak-anak diperoleh dengan mengamati orang dewasa di sekitar mereka dan contoh peran dari apa yang mereka lihat. Itulah mengapa menjadi orang tua lebih dari sekadar memperhatikan kebutuhan fisik seorang anak. Sebelum seorang anak masuk ke ruang kelas, mereka harus diajari beberapa keterampilan sosial.

Begitu anak-anak memasuki lingkungan kelas, mereka perlu mempertajam keterampilan sosial mereka melalui interaksi mereka dengan guru dan teman sekelas mereka. Guru prasekolah perlu mengajarkan keterampilan sosial melalui permainan dan kesenangan.

Mereka dapat menggunakan cerita, lagu, boneka, dan permainan untuk mengajari anak-anak berinteraksi dengan orang lain. Ini mempersiapkan mereka untuk menjadi anggota masyarakat yang produktif di kemudian hari.

Ini adalah beberapa keterampilan sosial yang penting yang harus menjadi fokus orang tua, dan guru prasekolah akan memperkuatnya.

  1. Mengekspresikan emosi
    Sangat penting agar anak secepat mungkin belajar memberi nama pada apa yang mereka rasakan. Ini membantu mereka untuk mengungkapkan perasaan mereka secara verbal alih-alih beralih ke metode lain. Misalnya, seorang anak harus belajar mengungkapkan secara verbal bahwa dia marah atau frustrasi tanpa harus melempar barang atau memukul anak lain. Center on the Social and Emotional Foundations for Early Learning (CSEFEL) menyarankan agar Anda mengajar anak Anda untuk membedakan emosi seperti senang, sedih, dan marah. Ekspresi emosi yang lebih kompleks akan muncul kemudian. Anak-anak harus belajar bagaimana memproses emosi yang mereka rasakan dengan tepat. Setelah mereka dapat memberi nama pada emosi tersebut, mereka dapat diajari cara mengatasi apa yang mereka rasakan. Ini adalah keterampilan yang sangat dibutuhkan di masa dewasa.
  1. Komunikasi
    Pada tahap yang berbeda, anak perlu mampu berkomunikasi pada tingkat yang sesuai. Misalnya, antara usia 2-3 tahun, seorang anak harus melakukan kontak mata dengan orang yang berbicara dengannya. Mereka perlu belajar sejak dini bahwa kontak mata itu menandakan bahwa mereka mendengarkan. Mereka harus bisa menyapa orang lain dan tahu bagaimana bergiliran berbicara. Pada usia 5-6 tahun, seorang anak harus tahu bagaimana mengatakan tolong, terima kasih, dan maaf. Hal ini membutuhkan waktu lama bagi banyak anak sebelum otomatis. Pemodelan peran positif sangat penting pada tahap ini. Sedini mungkin, anak perlu mempelajari perbedaan antara komunikasi sopan dan kasar. Mereka juga perlu membedakan antara berkomunikasi dengan orang dewasa dan anak.
  1. Mendengarkan
    Keterampilan mendengarkan sangat penting karena tanpa mereka, anak-anak tidak dapat belajar. Salah satu cara termudah untuk mengajarkan keterampilan mendengarkan adalah dengan memainkan ‘telepon rusak’ atau variannya. Bisikkan kata atau frasa ke telinga anak Anda dan biarkan mereka mengulanginya kembali. Ini akan memakan waktu cukup lama, tetapi Anda akan sampai pada tahap di mana Anda dapat membuat anak Anda mendengarkan dan mengulangi 3-4 kalimat. Membiarkan anak-anak terlibat dalam diskusi dengan kelompok teman sebayanya juga merupakan cara untuk menstimulasi keterampilan mendengarkan dan mengajari mereka nilai bergiliran.
  1. Kerja kelompok
    Semakin dini anak-anak belajar berfungsi dalam kelompok, semakin baik mereka berperilaku dalam pengaturan kelompok saat mereka dewasa. Saat Anda bekerja dengan anak-anak yang sangat kecil, jenis aktivitas yang harus dilakukan akan lebih fokus ke bermain. Pada awalnya, mereka mungkin tampak bermain berdampingan satu sama lain dan tidak dengan satu sama lain. Tetapi mereka menyerap hal-hal yang terjadi di sekitar mereka sepanjang waktu dan memprosesnya. Dalam pengaturan kelas, anak-anak harus menyelesaikan tugas kerja kelompok. Mereka akan belajar bahwa setiap anggota kelompok memiliki pekerjaan dan semua pekerjaan harus diselesaikan untuk menyelesaikan tugas.
  1. Peduli
    Anak-anak perlu belajar kasih sayang untuk orang lain sejak usia dini. Itu mempersiapkan mereka untuk hubungan yang akan mereka miliki ketika mereka sudah dewasa. Anak-anak perlu tahu bahwa tertawa saat seseorang kesakitan atau merasa sedih bukanlah hal yang pantas. Ini juga saat yang mereka butuhkan untuk belajar memperlakukan hewan dan manusia dengan pendekatan kepedulian. Manajemen konflik adalah bagian penting dari keterampilan sosial ini. Ketika anak-anak belajar bagaimana menangani konflik secara konstruktif, mereka akan mampu melakukannya ketika mereka dewasa. Ketika anak-anak diajari keterampilan manajemen konflik, mereka harus belajar bagaimana ‘bertarung dengan adil.’ Itu berarti tidak menggunakan penghinaan dan kekerasan untuk menyelesaikan konflik. Keterampilan kepedulian dapat membangun manajemen konflik pada anak yang berkembang pesat.
  1. Keterampilan non-verbal
    Keterampilan non-verbal adalah kemampuan membaca ekspresi wajah dan bahasa tubuh orang-orang di sekitar kita. Ini juga termasuk menafsirkan gerakan yang mereka lihat, nada suara yang mereka dengar, dan postur tubuh yang mereka amati. Ajari anak untuk menafsirkan isyarat non-verbal melalui aktivitas yang menyenangkan. Tayangkan acara TV atau film yang sesuai. Matikan suaranya. Biarkan anak-anak mengamati karakternya. Jeda pemutaran dan tanyakan kepada anak-anak apakah mereka dapat memberi tahu Anda bagaimana perasaan karakter tertentu sehingga membantu anak-anak belajar membaca isyarat sosial. Anda juga dapat membiarkan anak-anak berdiri di depan kelas dan memainkan peran bagaimana perasaan mereka dengan ekspresi wajah. Kemudian anak yang lain bisa menebak apa yang dirasakan anak tersebut. Mereka dapat berbicara tentang apa yang membuat mereka merasakan hal yang sama.

Penulis : Afifah Nurul Karimah, S.Psi