Cara Memanfaatkan Kemampuan Anak dalam Mengimitasi Perilaku

Oleh : Lidya Fitriani, S.Psi

Sejak lahir anak belajar memahami dunianya melalui indra mereka. Setiap saat, anak pada umumnya selalu melihat, mendengar, meraba, merasakan, maupun mencium apa yang ada disekelilingnya. Tidak terkecuali orang tua ataupun pengasuh. Mereka menjadi orang yang paling sering diamati perilakunya oleh anak.

Setelah mengamati, anak juga akan menyimpan informasi yang ia lihat ataupun dengar, dan kemudian mengimitasi perilaku tersebut. Tidak heran mengapa anak sering disebut sebagai peniru ulung. Di dalam psikologi, hal ini dikenal sebagai observational learning. Contoh kecilnya adalah saat anak meniru ekspresi wajah orang tuanya. Ketika orang tua tersenyum, anak pun juga ikut tersenyum, ketika orang tua tertawa, anak pun ikut tertawa, dan seterusnya.

Kemampuan anak dalam meniru telah dibuktikan berpuluh-puluh tahun yang lalu oleh seorang psikolog asal Kanada yang bernama Albert Bandura. Melalui penelitiannya yang cukup terkenal, yaitu eksperimen Bobo doll, Bandura mendemonstrasikan bahwa anak-anak kecil akan meniru tindakan kekerasan dan agresif dari orang dewasa yang mereka amati. Dalam percobaan tersebut, anak-anak mengamati video di mana orang dewasa berulang kali memukul Bobo doll secara agresif. Setelah melihat video tersebut, anak-anak diperbolehkan bermain dalam sebuah ruangan dengan Bobo doll seperti yang mereka lihat di dalam video. Hasilnya, anak-anak yang terpapar video agresif cenderung meniru perilaku persis seperti yang mereka amati.

Meskipun kemampuan anak dalam mengimitasi perilaku sering dikaitkan dengan hal yang negatif, tentunya kita juga bisa mengubah sudut pandang tersebut menjadi hal yang lebih positif. Berikut adalah cara-cara yang dapat dilakukan untuk memanfaatkan kemampuan anak dalam mengimitasi perilaku.

  1. Menjadi role model untuk perilaku yang ingin kita tularkan pada anak. Coba pikirkan hal baik apa yang ingin kita tanamkan pada diri anak lalu anda praktikan perilaku tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku tersebut bisa berupa menjalani hidup yang lebih sehat, menunjukkan rasa empati terhadap orang lain, dan sebagainya. Tentunya tidak ada orang tua yang sempurna. Sebagai manusia, orang tua pun dapat melakukan kesalahan dalam bertindak dan anda tidak perlu khawatir. Kita bisa memanfaatkan kesalahan tersebut menjadi bahan diskusi dengan anak seperti bagaimana seharusnya bertindak agar kesalahan tidak terulang kembali.
  2. Ikuti aturan yang anda buat sendiri. Terkadang kita cenderung mengatur, tetapi secara tidak sadar perilaku kita tidak menunjukkan dari apa yang kita ucapkan. Seperti memarahi anak untuk tidak berteriak sedangkan orang tua memberitahukannya dengan cara yang berteriak pula. Buatlah aturan sekaligus menerapkan aturan tersebut ke dalam kehidupan sehari-hari, bukannya malah bertindak sebaliknya.
  3. Mengajarkan kemampuan baru pada anak. Ketika kita ingin mengajarkan hal baru pada anak, tunjukkan cara melakukannya, lalu biarkan anak untuk mencobanya sendiri. Sesuatu yang dicontohkan akan lebih mudah diikuti dibandingkan hanya diucapkan saja.
  4. Dampingi apa yang anak tonton, pastikan tontonan tersebut mengajarkan hal yang baik. Dengan kemampuan meniru anak yang luar biasa, berikanlah tontonan yang edukatif dan mengajarkan moral yang baik untuk anak.