Pendidikan Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas bagi Remaja dengan Disabilitas Intelektual atau Tunagrahita

Penyusun : Imarotul Mashiroh, S.Psi

Masa dimulainya pubertas pada anak dengan disabilitas intelektual kurang lebih sama dengan anak-anak lain. Remaja dengan disabilitas intelektual sebagaimana remaja lain juga akan mengalami perkembangan baik fisik, kognitif maupun psiko-sosial. Mereka juga akan memiliki ketertarikan romantis terhadap lawan jenis. Namun, di sisi lain mereka belum memiliki kemampuan kognitif yang cukup untuk mengembangkan kontrol terhadap dorongan-dorongan dalam dirinya. Selain itu, pengetahuan yang terbatas mengenai isu-isu seksual dan reproduksi serta rendahnya self-esteem akan mengarahkan mereka untuk mudah menuruti permintaan orang lain yang sangat beresiko pada terjadinya pelecehan atau kekerasan seksual. Sehingga, pendidikan reproduksi dan seksual sangat penting diberikan untuk mendampingi siswa dalam menghadapi perubahan-perubahan yang ia alami saat memasuki fase remaja.

Berikut ini adalah beberapa topik edukasi reproduksi dan seksual yang perlu disampaikan kepada remaja dengan intelektual disabilitas.

  • Hak Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas (HKRS)

Orang tua atau pengasuh perlu memahami HKRS seperti hak untuk mendapatkan informasi dan pendidikan serta hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk. Dengan memahami hak-hak tersebut, diharapkan orang tua atau pengasuh mampu melindungi, memperjuangkan dan membela HKRS individu dengan disabilitas intelektual.   

  • Konsep laki-laki dan perempuan

Konsep perempuan dan laki-laki salah satunya dapat dijelaskan dengan menguraikan perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan. Hal ini perlu dilakukan untuk menumbuhkan kewasapadaan pada anak-anak sehingga terhindar dari pelecehan seksual. Mereka juga perlu dibekali penjelasan detail tentang pentingnya menjaga area privat tubuh serta batasan-batasan sentuhan fisik yang aman dan tidak aman.

  • Kebersihan tubuh

Pentingnya menjaga kebersihan diri perlu ditanamkan diiringi dengan mendampingi remaja agar mampu membersihkan diri secara mandiri. Orang tua dapat menjelaskan tentang langkah-langkah membersihkan diri yang sehat, mandi dan berpakaian di tempat yang tertutup, serta bagaimana menggunakan pembalut dengan cara yang sehat bagi remaja perempuan.

  • Seksualitas dan kehamilan

Fokus pembelajaran bisa mencakup penjelasan mengenai perilaku-perilaku seksual yang menyebabkan kehamilan, kehamilan yang tidak diinginkan, serta kondisi ideal dan syarat-syarat seseorang mengalami kehamilan. Metode pembelajaran yang lebih konkret seperti menggunakan video edukatif atau mempertemukan siswa dengan ibu hamil dan bayi dapat menjadi opsi untuk membantu siswa  memahami hal-hal yang bersifat abstrak.  

  • Membangun relasi tanpa kekerasan

Orang tua dan pengasuh dapat menjelaskan tentang dasar-dasar dalam menjalin relasi seperti pentingnya berkomunikasi dengan sopan, menentukan batasan aman dan tidak aman dalam suatu relasi, bagaimana menjalin pertemanan dan hubungan romantis yang sehat serta pengenalan tentang pernikahan dan membangun keluarga. Selain itu, perlu juga dilatih agar anak mampu mehamami karakteristik teman/sahabat/pacar/guru/orang lain yang aman dan bisa dipercaya.

  • Melindungi diri dari tindakan kekerasan

Tanpa dibekali dengan kemampuan melindungi diri, remaja dengan disabilitas intelektual sangat rentan dengan berbagai jenis kekerasan. Sehingga orang tua dan guru perlu memperkenalkan berbagai jenis kekerasan fisik dan kekerasan seksual serta menjelaskan bagaimana cara-cara melindungi diri dan menentukan respon yang tepat jika menghadapi kekerasan, seperti menyelamatkan diri dengan cara berteriak keras, lari ke tempat ramai, serta melaporkan kejadian kekerasan kepada orang tua atau orang yang aman.

Langkah-langkah pencegahan juga perlu konsisten dijelaskan secara spesifik dan detail tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan baik saat di rumah, di transportasi umum bahkan juga di media sosial. Pengawasan dari orang tua sangat diperlukan mengingat kemampuan kontrol diri remaja dengan disabilitas intelektual sedang berkembang.

Berdasarkan DSM 5, Individu dengan disabilitas intelektual ialah individu dengan keterbatasan yang signifikan dalam fungsi intelektual dan perilaku adaptif yang tercermin melalui kemampuan konseptual, sosial dan praktis. Sehingga edukasi seksual dan reproduksi perlu disampaikan dengan prinsip-prinsip yang sesuai dengan keunikan yang mereka miliki. Komitmen, penyederhanaan, konsistensi dan perlindungan perlu diterapkan agar informasi yang disampaikan dapat diserap dengan maksimal.

Sumber:

Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas bagi Remaja dengan Disabilitas Intelektual (2020).