Penyusun : Kaifa Nurussama, S.Psi
Kesulitan belajar adalah kondisi dimana anak mengalami kesulitan dalam memahami pembelajaran. Pada dasarnya anak-anak memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik secara intelektual, fisik, serta kondisi keluarga. Sebagian besar kesulitan belajar dialami oleh siswa berkategori di luar rata-rata (berkemampuan rendah dan berkemampuan tinggi). Namun, kesulitan belajar juga memungkinkan dialami oleh siswa berkemampuan rata-rata disebabkan faktor tertentu yang menghambat tercapainya kinerja akademik sesuai dengan apa yang diharapkan.
Faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar:
- Faktor internal siswa: meliputi faktor yang berasal dalam diri siswa, seperti halnya yang bersifat kognitif ditandai dengan rendahnya kapasitas intelektual siswa, faktor afektif ditandai dengan labilnya emosi, sikap, dan psikokomotor seperti adanya gangguan fungsi indera (pendengaran atau penglihatan).
- Faktor eksternal siswa: terdiri dari kondisi lingkungan sekitar siswa seperti lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolah.
Ada pula yang disebut faktor khusus seperti sindrom psikologis yaitu learning disability yang terdiri dari:
a. Disleksia: ketidakmampuan belajar membaca
b. Disgrafia : ketidakmampuan belajar menulis
c. Diskalkula : ketidakmampuan belajar berhitung
Kesulitan belajar yang disebabkan syndrom-syndrom tadi kemungkinan hanya disebabkan oleh adanya minimal brain function, yaitu gangguan ringan pada otak (Lask, 1985: Reber, 1988).
Maka dari itu, guru perlu untuk mengidentifikasi apa faktor yang sebenarnya mempengaruhi kesulitan belajar pada siswa dengan cara sebagai berikut :
1. Diagnosis kesulitan belajar
Tahapan diagnosis sangat diperlukan sebagai dasar penentuan cara mengatasi kesulitan belajar pada anak. Kegiatan diagnosis kesulitan belajar melibatkan guru dan siswa, maka tujuan yang ingin dicapai juga berbeda antara guru dan siswa.
a. Siswa
Tujuan yang hendak dicapai setelah pelaksanaan diagnosis kesulitan belajar bagi siswa adalah:
- Siswa memahami dan mengetahuhi apa kesulitannya
- Siswa memperbaiki apa yang menjadi kesulitannya
- Siswa dapat memilih cara atau metode untuk memperbaiki kesulitannya
- Siswa dapat menguasai pelajaran dengan baik
- Siswa dapat meningkatkan prestasi belajarnya
b. Guru
Adapun tujuan pelaksanaan diagnosis kesuliatan belajar bagi guru adalah:
- Guru mengetahui kelemahan daam proses belajar-mengajar
- Guru dapat memperbaiki kelemahannya tersebut
- Guru dapat memberikan layanan yang optimal keada siswa sesuai dengan kondisi
- Guru dapat memberikan layanan yang optimal keapda siswa sesuai dengan keadaan diri siswa perkembangannya siswa dapat terlaksana dengan baik.
Terdapat banyak langkah diagnostik yang dapat ditempuh guru, antara lain yang cukup terkenal adalah prosedur Weener & Senf (1982) sebagaimana yang dikutip Wardani (1991) sebagai berikut:
1. Melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa saat mengikuti pelajaran
2. Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa khususnya yang diduga mengalami kesulitan belajar
3. Mewawancarai orangtua atau wali siswa untuk mengetahui hal mengenai keluarga yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar.
4. Memberikan tes diagnostik bidang kecakapan tertentu untuk megetahui hakikat kesulitan belajar.
5. Bekerjasama dengan klinik psikologi untuk melakukan tes kemampun intlektual (IQ) pada anak yang mengalami kesulitan belajar
2. Analisis, identifikasi, menyusun program.
Setelah selesai melakukan diagnosa, tahapan penting yang seharusnya dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Menganalisis hasil diagnosis, yakni menelaah bagian-bagian masalah dan hubungan antarbagian tersebut untuk memperoleh pengertian yang benar mengenai kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa.
2. Mengidentifikasi dan menentukan bidang kecakapan tertentu yang memerlukan perbaikan.
3. Menyusun program perbaikan, khususnya program remedial teaching (pengajaran perbaikan).
Setelah selesai tahapan berikut, barulah guru melakukan langkah selanjutnya, yaitu melaksanakan program perbaikan.