Penyusun : Dessy Yustiana, S.Pd
Saat anak ngambek tidak mau berangkat ke sekolah, tentu akan membuat orangtua bingung. Pasalnya, pendidikan formal di sekolah akan membantu memperluas wawasan dan pengetahuan anak, sekaligus menambah pergaulan. Namun, Anda jangan khawatir. Ikuti cara berikut untuk membujuk anak agar mau berangkat sekolah dengan hati riang.
- Ketahui alasan anak tidak mau sekolah
Agar Anda tahu cara efektif untuk membujuk anak agar mau pergi sekolah, Anda harus cari tahu terlebih dahulu apa yang menjadi alasan anak tidak mau pergi ke sekolah. Masing-masing anak mungkin memiliki alasan yang berbeda.
Langkah pertama adalah dengan menganalisa penyebab si anak mogok sekolah. Usahakan untuk menghindari sikap menjustifikasi atau mencap bahwa si anak pemalas gara-gara mogok sekolah. Boleh jadi, ada beberapa penyebab anak mogok sekolah, yang asalnya bukan dari si anak. Di sekolah, anak tentu bergaul dengan teman-teman sekelasnya, teman-teman sekolah, para guru dan orang tua murid lainnya. Nah, siapa tahu ada di antara unsur lingkungan anak di sekolah tersebut yang membuat anak mungkin merasa takut, jengkel atau perasaan lain yang kurang menyenangkan sehingga kita perlu mengetahui caranya agar dapat mengatasi anak mogok sekolah. Karena itu, kita tidak bisa menyelesaikan persoalan ini sendirian. Setidaknya, ada tiga pihak yang perlu diajak diskusi dalam mencari akar masalah, yaitu anak, pasangan kita dan pihak sekolah (guru). Kalau pengasuhan anak juga melibatkan orang lain, semisal kakek neneknnya, pembantu atau yang lain. Ajaklah diskusi mereka, karena siapa tahu penyebabnya juga bisa muncul dari sana.
2. Perbanyaklah Mendengarkan Anak
Tidak ada kasus anak tiba-tiba mogok sekolah tanpa sebab. Sudah tentu sebelum terjadi mogok sekolah, anak sudah menunjukkan gelagat malas bersekolah. Namun siapa tahu karena kita yang kurang peka melihat bahasa tubuhnya, atau malas mendengarkan keluh kesahnya dan terlalu cepat menyimpulkan sikap anak, maka kita melewatkan masa kritis saat anak membutuhkan pertolongan. Karena itu, dekatilah si anak, dengarkan keluh kesah dan permintaannya. Peluk ia dengan berkata, “Ibu/Ayah mengerti. Jangan khawatir, semua akan baik-baik saja, nak”. Hindari menyimpulkan bahwa anak bersalah. Bandingkan dulu dengan pernyataan dari pihak kedua dan ketiga.
Apabila pernyataan anak mengarah pada pihak sekolah atau teman-temannya, maka Anda harus berdiskusi dengan pihak sekolah. Tanyakan bagaimana kegiatan anak di sekolah, apakah terlihat antusias atau ada yang mengganggu dan pertanyaan lain yang terkait. Kalau Anda bingung ingin bertanya apa, tanyakan saja satu pertanyaan sederhana, “Bapak/Ibu guru, apa yang bisa membuat anak saya semangat bersekolah?”
3. Ajak Diskusi Pasangan
Perlu kita ketahui, proses pengasuhan bukanlah tanggung jawab ibu semata. Melainkan, tanggung jawab berdua dengan ayah. Apabila ada ayah yang cuek karena menganggap tugasnya hanya mencari nafkah, mulai sekarang cobalah untuk terbuka dan menjelaskan problem yang dialami anak. Ajak pasangan untuk memecahkan masalah anak secara bersama. Anak kita pasti akan bersemangat dan bahagia apabila melihat orangtuanya kompak memperhatikannya.
Setiap anak memang memiliki problem tersendiri yang khas karena terkait dengan kepribadian orangtua, lingkungan tempat ia tinggal dan karakteristik teman-teman atau gurunya. Lantaran itulah, penyebab mogok sekolah menjadi bervariasi.
Ini beberapa hal yang sering diungkapkan oleh si anak saat tidak mau sekolah:
- Karena Sakit
Bukan tidak mungkin si anak tiba-tiba sakit dan tidak mau berangka sekolah. Hal ini wajar terjadi. Namanya juga anak-anak, biasanya mereka mengabaikan rasa sakitnya karena terlalu asyik bermain, sampai kemudian lewat batas ketahanan tubuhnya, sehingga jatuh sakit. Sehingga, di waktu pagi ia menjadi malas bangun dan tak ingin berangkat sekolah. Sebab sakit fisik yang seperti ini relatif mudah dideteksi dari kondis tubuhnya yang demam, atau suaranya yang serak-serak atau gelagat dan tanda-tanda sakit lainnya.
- Takut dengan Temannya
Perlu diketahui, penyebab ini biasanya terjadi pada anak yang tidak mampu bersosialisasi dengan baik. Pendiam dan sejak awal merasa rendah diri. Sehingga, bukan tidak mungkin ia menjadi sasaran ejekan teman-temannya di sekolah.
- Kehilangan Teman
Sudah menjadi hal biasa jika anak sering marah-marahan dengan temannya. Saat anak melakukan kesalahan atau dalam mood yang tidak baik, ia akan dihindari temannya. Merasa dihindari oleh teman adalah sesuatu yang menyakitkan bagi si anak. Hal seperti ini sangat mungkin membuat anak malas sekolah karena merasa tak memiliki teman dekat.
- Tidak Cocok dengan Guru
Bagi anak-anak usia SMP atau SMA, ketidakcocokan dengan guru sudah tidak begitu menjadi kekhawatiran orang tua. Sebab di usia ini, anak sudah punya sikap dan pendirian yang lebih kuat. Anak sudah dapat membedakan mana yang baik dan buruk.Namun untuk anak yang masih usia TK dan SD, dibutuhkan peran orang tua untuk mengasi anak yang mogok sekolah karena tidak cocok dengan guru.Kita perlu cari tahu anak tak mau sekolah karena tidak bisa menerima pelajaran dengan baik, atau ada materi tertentu yang membuat anak merasa tak mampu menguasainya. Ajaklah diskusi guru wali kelas untuk mengurai masalahnya.
Dari alasan-alasan yang akhirnya kita ketahui, maka perlu untuk mencari solusi yang tepat. Berikut beberapa solusi yang bisa ditawarkan :
- Luangkan Waktu untuk Anak
Tentu saja, dari masalah yang diungkapkan anak, pihak sekolah dan hasil diskusi dengan pasangan, kita tentu sudah bisa mengambil kesimpulan. Apapun masalahnya, luangkanlah waktu terbaik Anda untuk anak-anak. Apabila kedua orangtua bekerja dan lebih sering menitipkan pengasuhan kepada pembantu, baby sister atau kakek-neneknya, sebaiknya segera kurangi aktivitas Anda di luar dan mulailah lebih intens mengasuh anak. Di waktu terbaik Anda, manfaatkan untuk lebih banyak bertanya tentang keluarga, perasaannya terhadap ayah/ibu, apa yang diinginkan dari ayah/ibu, apa cita-citanya, apa yang diinginkan anak saat itu dan pertanyaan lain terkait perasaan anak. Supaya anak tidak merasa diinterogasi, cobalah bertanya sambil bermain atau liburan khusus sehari bersama orangtua. Ingatlah untuk fokus, fokus, fokus saat mencurahkan perasaan sayang dan perhatian kepada anak. Dengan cara demikian, anak merasa nyaman untuk bercerita dan berbagi. Sehingga, saat Anda meminta anak berkisah tentang sekolah dan kendala-kendalanya, ia akan terbuka.
Hindari untuk menyalahkan anak. Orang tua bisa sambil menasehati nya dengan cara ini,
“Nggak apa-apa, nak. Ibu/ayah dulu waktu seusia kamu juga pernah dijauhi teman. Itu wajar dan tidak berlangsung lama, kok. Ibu/Ayah tetap sekolah karena masih banyak teman lain yang menyenangkan dan bisa diajak bermain”
“Nggak apa-apa, kak. Ibu/Ayah dulu juga tidak terlalu suka dengan matematika. Tapi, Ibu/Ayah tetap sekolah karena matematika itu berguna saat kita belanja, mengatur keuangan keluarga, bekerja atau membuka usaha nantinya”
- Ajari Anak Bersosialisasi
Setelah anak merasa nyaman dengan pola pengasuhan Anda, ada juga perlu mengajarkan anak bersosialisasi. Sejak awal, bukalah pikiran anak, bahwa anak tidak selamanya hanya tinggal bersama keluarga. Suatu ketika, anak akan berjumpa dengan dunia luar. Karena itu, disarankan untuk mengajarkan anak bersosialisasi dengan lingkungan luar sejak dini. Dengan demikian, ketika tiba saatnya bersekolah, anak dapat dengan cepat menyesuaikan diri dan cara ini dapat mengatasi anak mogok sekolah. Sosialisasi bisa Anda ajarkan dengan cara sederhana. Misalnya dengan mengajak ngobrol dengan saudara atau kakek-nenek, menyapa tetangga, menanyakan kabar kerabat jauh atau mengajak anak ke tempat baru yang memungkinkan interaksi dengan manusia.
- Memberi Tambahan Pelajaran
Boleh jadi, anak enggan sekolah karena merasa tak mampu mengikuti pelajaran. Nah, bila penyebabnya karena ini, Anda perlu mencari tahu minat anak. Ingat, tidak semua anak dilahirkan pandai secara akademis.Karena ada berbagai jenis kecerdasan dimana setiap anak memiliki kecenderungan khas yang tak bisa disamaratakan dengan anak lainnya. Mungkin anak Anda kurang dalam matematika. Tapi, setelah dicermati ternyata ia pandai melukis dan mewarnai. Tidak perlu khawatir, meskipun matematika adalah pelajaran yang akan diujikan di Ujian Nasional dan menjadi salah satu mata pelajaran penentu kelulusan.
Yakinlah bahwa anak Anda memiliki kelebihan lain yang perlu ditonjolkan. Hanya saja, Anda belum menemukan wadah yang tepat untuk mengembangkan potensi tersebut.