Bahaya Gadget Sebagai Sarana Bermain Utama Untuk Anak

Penyusun : Kaifa Nurussama, S.Psi

Seiring berkembangnya zaman, di era digitalisasi ini, dimana semua hal bergantung pada gadget. Orang-orang menguasai teknologi dengan baik, sistem kerja dan belajar menjadi lebih mudah dengan kemudahan akses internet dan keberadaan gadget. Tetapi selain hal-hal positif tersebut, ada hal yang harus diperhatikan khususnya dampaknya terhadap perkembangan anak. Apakah orangtua sudah memberikan fasilitas gadget dengan tepat?

Pada kenyataannya banyak orangtua yang memberikan gadget kepada anaknya untuk dijadikan sarana bermain untuk anak. Terdapat survey menunjukkan bahwa sebanyak 52,27% motif orangtua memberikan gadget pada anak adalah sebagai sarana bermain. Dikutip dari artikel centroone (Listyanto,2014) menunjukkan bahwa sebuah penelitian memperoleh data bahwa gadget digunakan oleh anak lebih sebagai alat bermain. Mungkin ada yang beranggapan bahwa memberikan gadget selain untuk mendiamkan anak juga agar anak dapat bermain games yang dapat melatih Problem Solving anak. Nyatanya Problem Solving bisa diajarkan dengan cara lainnya seperti stimulasi bahasa, sentuhan langsung dengan bermain dengan instruksi, dan sikap yang orang tua tanamkan kepada mereka dan tidak hanya sekali atau dua kali, tetapi berulang kali dalam penanaman kebiasaan memecahkan masalah khususnya dalam tantangan kehidupan sehari-hari. Problem Solving juga bisa diterapkan melalui permainan dalam bentuk gerak dan lagu yang dapat meningkatkan kecerdasan musikal dan kecerdasan kinestetik, sehingga kegiatan seperti ini (mencegah penggunaan gadget yang berlebihan) dapat memainkan peranan penting bagi perkembangan psikomotorik, kemampuan kognitif, dan kemampuan afektif.

Ketika anak merasa gadget adalah mainan terbaik dibandingkan mainan-mainan lainnya yang ada (mobil-mobilan, boneka, alat masak, mainan tradisional engkle, lompat tali, dsb) dapat menimbulkan adiksi terhadap telepon genggam dan aplikasi game didalamnya. Selain itu sedikit bergerak dan sedikit bersoisalisasi secara langsung dengan orang sekitar juga menjadi salah satu efek jika terlalu lama bermain gadget. Karena sudah asik terpapar oleh game yang ada di gadget anak menjadi nyaman dengan situasi tersebut dan merasa malas untuk melakukan kegiatan lainnya. Padahal masa anak-anak adalah masa dimana tumbuh dan berkembangnya fisik maupun psikis manusia. Dimasa ini anak harus banyak bergerak agar tumbuh kembang anak optimal.

Kapan anak layak memegang gadget?

Perlu diketahui bahwa periode perkembangan anak yang sangat sensitif adalah pada usia 1-5 tahun di sebut The Golden Age. Pada masa ini seluruh aspek perkembangan kecerdasaan, yaitu kecerdasan intelektual, emosi dan spiritual mengalami perkembangan yang luar biasa sehingga yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan selanjutnya sampai dewasa. Ketika anak berada pada masa The Golden Age tersebut, mereka menjadi peniru yang handal, mereka lebih pintar dari yang kita pikir, lebih cerdas dari yang kita lihat, sehingga jangan kita anggap remeh. Jika anak tersebut sudah diberikan gadget sebagai mainan, maka itu akan berpengaruh terhadap proses pemerolehan bahasanya. Bukan hanya efek bahasa, yang lebih mengkhawatirkan adalah gangguan pada perkembangan emosi anak. Mereka akan menjadi pribadi yang tidak sabar dan cepat marah serta sulit mengendalikan emosi, bahkan tidak dapat mengatur emosinya. Usia kelayakan anak dalam memegang gadget adalah pada usia diatas 12 tahun. Menurut KPPPA pun menyatakan bahwa usia yang ideal anak untuk memegang gadget adalah usia 13 tahun dimana anak sudah bijak dalam mempergunakannya (mengetahui baik buruk suatu hal).

Tetapi sepertinya agak sulit untuk benar-benar tidak memaparkan gadget pada anak dibawah usia 13 tahun saat ini, karena kurikulum saat ini justru terdapat pengenalan terhadap teknologi, bahkan saat ini pula sudah terdapat sistem pembelajaran daring. Maka dari itu butuh peran yang bijak dari orangtua dalam memberikan gadget pada anak. Kontrol orangtua sangat dibutuhkan dalam penggunaan gadget pada anak. Gadget dapat diberikan dengan pembatasan fungsi sebagai sarana belajar dan dengan kontrol waktu tertentu dari orangtua. Kontrol waktu penggunaan gadget pada anak sangat penting, karena paparan gadget berlebih tidak baik untuk kesehatan mental anak. Menurut Yohana Yembise, para orang tua harus mengontrol anak mereka yang sudah bermain gadget. Sebab, dari memegang gadget seperti handphone (HP) maupun tablet, anak bisa mendapatkan berbagai informasi yang belum tersaring dengan baik.