PERILAKU TANPA PENGAWASAN YANG TEPAT

Oleh : Dory Agustia Rantawi., S.Pd

Belajar adalah aktivitas yang dilakukan oleh semua orang. Masing-masing mereka tumbuh dengan berbagai proses belajar yang selalu disertai dengan pengalaman atau hanya berlandaskan pengetahuan. Tolak ukur sederhana ketika individu tersebut belajar adalah adanya perubahan perilaku. Perubahan perilaku individu dapat menuju pada arah yang baik atau sebaliknya. Perubahan ini juga dapat menentukan sikap yang akan muncul pada individu tersebut. 

Pada era ini, belajar selalu menjadi sangat mudah. Akses terhadap berbagai kebutuhan belajar juga menjadi sangat mudah. Gadget adalah salah satu alat belajar yang saat ini dapat diakses oleh berbagai kalangan baik umur, strata ekonomi atau bahkan kepentingan. Kesempatan selalu terbuka untuk mengakses banyak sumber belajar. Hal itu tentu berpengaruh pada banyak bidang kehidupan untuk terus berkembang salah satunya adalah perilaku. 

Ketika anda menemukan seorang anak berusia 5 tahun sedang duduk dengan gadget nya ketika makan bersama keluarga itu adalah pemandangan yang biasa saat ini. Efek yang ditimbulkan dari kebebasan akses tersebut juga beragam dan menyentuh banyak sisi dalam usia perkembangannya. Katakanlah anak mendapat akses ke platform YouTube sebagai media yang saat ini diisi banyak informasi dan sumber belajar. Aksesnya mengarah pada konten berisikan kartun berbahasa inggris dan ketika berinteraksi dengan orang tua anak terlihat begitu fluent dengan Bahasa inggrisnya. Sisi mata pisau pun terbukti, bahwa efek yang baik akan menyebabkan anak menjadi belajar sebuah Bahasa dengan otodidak dan menggunakannya dengan tepat lalu sisi lainnya adalah Bahasa ibu atau Bahasa Indonesia nya menjadi sedikit kesulitan, padahal di masa datang anak akan tumbuh dan berkembang di tempat yang berkemungkinan besar memiliki keberagaman Bahasa. 

Ilustrasi diatas menggambarkan secara sederhana bagaimana akses pada gadget menjadi dilema jika tidak terarah dengan benar sebagai alat belajar. Titik penting yang diperlu diperhatikan adalah softskill anak tadi yang berhasil menirukan (mirroring) apa yang ia lihat dan dengar dari tontonannya. Karena meniru adalah salah satu metode yang bisa digunakan untuk memberikan pelajaran baru dan memberikan penggunanya stimulus untuk berkembang kearah yang juga memiliki dua sisi.

Oleh sebab itu, dengan sederhana mari kita lihat pemanfaatan gadget yang berpengaruh pada perubahan perilaku yang kadang tidak disadari oleh sekitar. 

  1. Performa Belajar

Sudah sempat disampaikan pada bagian atas tulisan ini, bahwa salah satu yang menjadikan belajar itu mudah adalah karena akses sumber belajar dengan alat belajar seperti laptop, smartphone dan tablet itu juga mudah. Disupport pula dengan ketersediaan internet yang saat ini bergeser menjadi kebutuhan primer.

Alasan yang membuat hal tersebut menjadi mungkin adalah waktu yang digunakan untuk menggunakan gadget dan peran sekitar untuk memantau apa yang sedang diakses oleh anak. Bagi sebagian orang tua saat ini menyadari bahwa sebuah prestasi jika anak memiliki kemampuan yang baik dalam menggunakan pirantinya namun perlu dipastikan dan dicek kembali ketepatan penggunaannya. 

Anak akan mengalami distraksi, memiliki imajinasi yang menyimpang dan bisa menunjukkan perubahan maladaptif ketika ia mengakses perangkat tersebut dan menuju pada konten yang tidak tepat. 

Secara tidak langsung, hal ini akan berpengaruh pada performa belajar nya di sekolah. Sudah tidak rahasia lagi bahwa ada sekolah yang memperbolehkan siswanya untuk membawa gadget namun selalu digarisbawahi untuk dapat mendukung proses belajar mengajar. Namun pada faktanya tidak sedikit pula tujuan itu bergeser menjadi kemudahan anak dalam terus mengakses hal yang tidak untuk dilihat, didengar dan menjadi konsumen konten yang candu pada suatu bidang. Tentu saja faktor ini akan berpengaruh pada performa belajar anak. 

  1. Kemampuan bersosial 

Social media adalah salah satu alat yang paling mudah diakses untuk dapat menemukan bahan belajar yang beragam. Tapi seringkali pemanfaatan akan social media tanpa ada kontrol dari sekitar menjadi senjata terbaik pula untuk mencederai perkembangan anak. Pada setiap era memiliki kebiasaan dan keunikan masing-masing, tentu juga akan berpengaruh pada sikap yang muncul dari seorang anak. 

Anda tentu sudah menemukan ada anak yang berjumlah lima orang memilih untuk menerbangkan layang-layang dan menghabiskan waktu hingga sore, lalu sekumpulan anak sedang bermain game bersama dari gadget mereka dan ada sebagian anak pula yang membicarakan tentang kejadian menarik di sekolah serta ada anak yang terus menyendiri dan seakan berteman baik dengan gadgetnya.

Bersosial adalah satu aspek yang sangat diharapkan oleh orangtua kepada anaknya ketika diantarkan ke sekolah. Ketika banyak hal diatas tergantikan oleh gadget dengan tanpa pengawasan maka anda juga akan menemukan dan mengukur tentang kemampuan anak ketika bersosialisasi dengan teman sebaya, orang tua dan bahkan guru. 

  1. Perubahan perilaku

Perubahan perilaku ini akan selalu beriringan pula dengan dua kemampuan diatas. Faktor utama yang sering terjadi saat ini adalah memiliki ketertarikan tanpa arahan dan pengawasan. Ketertarikan pada sebuah konten yang diterbitkan sebagai hiburan oleh si creator namun berefek negatif pada salah satu penikmat dari konten tersebut yang melihat nya tanpa ada pendampingan dan pengawasan dari orang tua. 

Hasil yang muncul juga akan terlihat baik itu hanya bias atau dengan sangat lugas serta terbawa dalam kehidupan sehari-hari. 

Dari 3 poin diatas, ingin menyampaikan bahwa saat ini semua yang ada disekitar dapat dijadikan sebagai alat belajar dan sumber belajar terutama bagi individu dengan usia sekolah. Oleh sebab itu, bukan sebuah kesalahan jika sebagai orang tua yang memiliki kuasa akan anak untuk dapat membantu mereka menghadapi lingkungan yang nantinya memiliki keberagaman. Fasilitas yang diberikan dapat pula menjadi boomerang untuk parenting nya. Alih alih memberikan kenyamanan pada anak malah secara tidak langsung membentuk mereka menjadi pribadi baru yang membingungkan.