5 HAL PENTING KETIKA SEORANG AUTISM MASUKI USIA PUBERTAS

OLEH : DORY AGUSTIA RANTAWI

Peralihan masa anak-anak dan remaja menjadi proses yang dilewati setiap individu. Peralihan ini lebih dikenal dengan istilah pubertas selanjutnya kita sebut masa puber. Perubahan di masa pubertas ini menyentuh banyak aspek dalam diri seorang individu. Perubahan besar atau kecil yang ada di masa pubertas ini menjadikan setiap individu melewatinya dengan sadar atau tidak sadar namun kebanyakan perubahan mereka akan lebih disadari oleh orang-orang disekitar mereka. 

Mari dimisalkan pada perubahan bentuk fisik yang sebut saja sebagai bentuk perubahan besar pada seseorang dari suara yang berubah dan tumbuh jakun. Hal ini sudah menjadi hal dasar yang sangat mudah diingat dan dilihat. Dari tanda-tanda ini, maka pribadi tersebut akan merasakan sesuatu yang berubah dengan fisiknya lalu orang sekitarnya akan menanggapi perubahan ini dengan berbagai macam cara pula. Tentu saja orang sekitar yang sangat mudah menyadari perubahan tersebut adalah orang tua. 

Orang tua yang mulai merasakan perubahan pada diri seorang anak akan memiliki respon yang berbeda pula. Ada yang merasa senang karena menganggap bahwa sang anak sudah semakin besar bertumbuh dengan baik dan akan lebih menyenangkan untuk belajar hal baru. Namun ada pula yang menanggapi dengan banyak menyimpan kekhawatiran baik yang tersampaikan langsung kepada sang anak atau hanya menjadi pertanyaan bagi diri mereka sendiri. 

Semua hal yang dirasakan orang tua akan sangat lumrah terjadi baik remaja laki-laki dan perempuan. Namun mari kita tarik sebuah sudut pandang yang sedikit berbeda. Bermula dari sebuah pertanyaan, 

“Bagaimana dengan masa pubertas yang akan dihadapi anak saya yang autism ?”

“Apakah masa puber mereka akan sama seperti anak lainnya yang seumuran?”

“Apakah saya harus menjelaskan kepada nya tentang masa pubertas ?”

Pertanyaan diatas akan sangat mungkin muncul dalam benak orang tua yang memiliki anak dengan autism dengan kategori apapun. Tentu saja pertanyaan diatas akan lebih banyak berkembang dan memunculkan opini atau malah sebaliknya yaitu spekulasi yang membuat orang tua merasa akan sangat khawatir, dilema atau mungkin bisa lebih tenang dan merasa semua akan berjalan dengan baik-baik saja. Ini menjadi penting dikarenakan kondisi mereka dengan lingkungan yang berada di sekolah dan temannya semua normal atau dia hanya selalu berkutat pada dirinya sendiri. Oleh sebab itu, penulis mencoba memberikan pandangan tentang perubahan yang akan muncul pada diri remaja dengan autism. Secara spesifik akan disebutkan bahwa kondisi ini terjadi pada remaja autism laki-laki yang mengenyam pendidikan di sekolah regular atau inklusi. 

  1. Mirroring 

Mirroring atau sebut saja meniru. Secara umum ini dilakukan oleh semua anak baik normal atau dengan kebutuhan khusus apapun. Namun, perbedaannya adalah pada apa yang akan ditiru entah sikap, style, gaya Bahasa dan banyak hal lainnya yang menarik bagi mereka untuk ditirukan. Sebuah istilah yang paling sering didengar ketika membahas masa puber ini adalah mencari jati diri. Sebuah istilah beken yang kemudian memunculkan banyak persepsi baik bagi orang tua atau bagi sang anak sendiri. 

Pada masa puber, mirroring juga akan terjadi pada anak remaja dengan autism. Tentu saja mereka yang sudah memiliki kemampuan untuk memproses informasi yang masuk ke dalam diri mereka. Tentu menjadi penting ketika ini terjadi karena akan berpengaruh pada perubahan yang lebih besar pada diri sang anak, mulai dari perilaku, sikap, gaya Bahasa atau bahkan gaya berpakaian sekaligus. Yang perlu juga disadari adalah adanya factor external yang bisa membantu untuk mengarahkan fase mirroring ini ke arah yang lebih baik atau berkembang secara kontekstual dari sudut pandang orang tua dengan bertujuan mengarahkan anak agar memiliki perubahan masa puber yang ideal dan factor eksternal yang paling memungkinkan tersebut adalah gadget. 

Inside yang diberikan melalui gadget dimasa modern ini sangat lah bervariatif dan mampu memberi pengaruh yang sangat besar kepada seorang individu baik ke arah positif atau negative. Tentu saja sudah sangat harus dihindari jika perilaku tersebut mengarah pada perilaku yang negative. 

  1. Caper (Cari Perhatian) 

Bukan berarti sang anak tidak mendapat perhatian lebih dari lingkungan baik sekolah atau keluarga dan pergaulan. Secara sederhana dikatakan bahwa ini adalah sebuah fase untuk mendapatkan perhatian atau mencoba mencari peran yang bisa diisi oleh nya didalam lingkungan sekitarnya. Karena adanya dorongan untuk mulai diperhatikan dan dikenal oleh sekitar sebagai seseorang dan biasanya selalu terkait dengan mirroring. 

Singkat nya seorang anak remaja autism merasa menyenangkan ketika melihat tokoh A dengan segala yang ia ucapkan dan perilakunya yang santun namun tetap keren. Lalu dia akan meniru apapun dari tokoh A untuk digunakan agar mendapatkan perhatian dilingkungannya. Ketika mendapatkan perhatian maka akan muncul reaksi senang yang lebih lagi karena merasa bisa berperan dan berhasil diterima. Lalu apakah perilaku atau cara yang ia lakukan akan tetap diulangi dan bahkan mungkin untuk melekat ? jawabannya tentu Ya. 

Ini adalah perubahan yang juga akan terlihat dimasa puber pada remaja dengan autism. Tentu saja ini akan sangat buruk ketika referensi yang mereka dapatkan berbanding terbalik dengan harapan orang tua dan lingkungan sekitarnya. Efek yang negative pada perilaku, sikap atau kebiasaan pada autism yang sudah melekat lama akan memiliki waktu dan pengalihan yang tepat untuk merubahnya menjadi perilaku baru. Disinilah mengapa modifikasi perilaku selalu penting bagi individu dengan autism. 

  1. Mulai tertarik dengan lawan jenis

Satu hal yang tidak bisa dipungkiri untuk dimiliki oleh setiap individu terlepas dari apapun kondisinya baik normal atau dengan kondisi kebutuhan khusus seperti autism yaitu emosi. Kondisi emosi nya sangat mempengaruhi perilaku individu. Ketika anda bangun pagi dengan bersemangat untuk berangkat beraktivitas dengan dandanan rapi dan semerbak parfum lalu seseorang yang anda idolakan datang menyapa dan memberi sedikit pujian, seketika akan ada gejolak emosi happy yang muncul dalam diri anda bahkan anda sendiri sulit untuk menjelaskan. Lalu bagaimana dengan anak dengan kebutuhan khusus autism ? jawabannya sama. 

Individu dengan kebutuhan khusus autism ini tentu akan mengalami hal yang sama. Bahkan mereka mampu melihat hal penting yang sangat menarik bagi mereka untuk dijadikan alasan dari perasaan yang muncul dalam dirinya. Ini adalah hal yang wajar entah dari sudut manapun orang melihat. Namun ada satu hal yang penting dan orang tua harus care pada hal itu, yaitu pengawasan. Ini adalah bagian penting karena fase ini terjadi dengan berbagai reaksi yang beragam dari individunya dan salah satu hal yang dapat dilakukan orang tua adalah sex education. Hal buruk yang akan dihindari adalah berbuat tidak senonoh, pelecehan pada orang lain atau menjadi korban pelecehan bagi orang lain. 

  1. Kendali emosional 

Berbahagialah ketika orang tua yang memiliki anak dengan autism mulai menyadari peran mereka sejak dini dan mengantisipasi sisi emosional anak agar terus bisa mengontrol perubahan perubahan yang muncul dari anak. Namun apakah ini akan terjadi masa pubertas nya ? jawabannya Ya. 

Kendali akan diri mereka sendiri terutama soal emosional akan sangat terlihat. Masa puber ini rentan dengan emosional yang sangat bergejolak. Secara keilmuan, bahwa serotonin dalam tubuh anak sedang melonjak dan ini berpengaruh pada control diri mereka sendiri. Oleh sebab itu tidak jarang ketika melihat anak dengan autism di usia remajanya masih memungkinkan adanya tantrum dan bereaksi maladaptive. Namun yang perlu disadari oleh orang tua, ini tentu dapat dikontrol dengan menemani masa puber mereka dengan sangat hati-hati dan positive. 

Illustrasinya adalah seorang autism remaja laki-laki yang setiap hari diberi referensi religious dirumah, dimasukkan ke sekolah inklusi berbasis religi, berteman dengan remaja normal seumuran yang memiliki tingkat religious tinggi, maka ini akan membantu anak dengan kebutuhan khusus autism ini dapat merasa bersemangat ketika melakukan hal yang berbau religi pula. Serotonin akan bekerja dengan sangat baik dan ia akan sama dahsyatnya  ketika ia tantrum.  

  1. Eksplorasi hal baru 

Sebagian orang memandang skeptic pada individu dengan autism ini karena masih ada anggapan tabu bahwa percuma mereka diberikan pendidikan dan asupan edukasi yang sangat tinggi layak dan kontekstual namun pada akhirnya akan tetap menjadi bagian dari keluarga yang belum mampu melakukan sebuah pencapaian dalam waktu singkat. Namun tentu saja persepsi ini adalah kecelakaan dari pola berfikir era modern yang masih terbawa diskriminasi masa lalu. 

Berkaitan dengan point 1-4 tentu saja ini akan sangat berpengaruh pada kemampuannya untuk bereksplorasi terkait hal baru. Penegasan terhadap parenting orang tua tentu saja berpengaruh lebih banyak dan lebih besar dari apa yang orang lain katakan. 

Ambil contoh remaja di nomor 4, tentu ia akan memiliki eksplorasi yang sama tingginya dengan emosi yang ia miliki namun dengan sisi yang lebih positif. Ketika selalu berkaitan dengan religi yang ia senangi, ini akan bersinggungan dengan hal lainnya, dorongan untuk bersekolah dilembaga dengan reputasi baik terkait dengan bidang yang ia senangi. 

Pada dasarnya, setiap individu akan mengalami fase puber ini dengan berbagai macam perubahan-perubahan. Ini akan bergantung pada seberapa besar pengaruh dari sekitarnya membantu untuk memberikan petunjuk dan sebagai pernyataan tegas terhadap sebuah dukungan kepada mereka. Saya dan anda juga mengalami masa pubertas, namun lihatlah keberagaman respon dari perubahan yang muncul ini menjadikan hidup berdampingan selalu akan lebih menyenangkan tanpa mendiskreditkan satu sama lain. Oleh sebab itu, individu dengan autism pun memiliki waktu untuk melewatkan masa pubertas nya, penentu dari sikap dan perilaku selanjutnya tentu saja dari diri mereka dan support dari lingkungannya.