Mengenali Echolalia

Oleh : Restiyanti Wahyudin

Echolalia adalah pengulangan dari kalimat atau kata-kata  yang biasanya ditemukan di anak usia dini saat dia baru mulai belajar bicara, biasanya menghilang dengan sendirinya di usia 30 bulan seiring dengan mahirnya kemampuan berbahasa anak. Echolalia banyak terjadi pada anak dengan autism, bahkan termasuk salah satu gejala anak terdiagnosa autism berdasarkan DSM-V (standar autism diagnose) walau tidak semua anak dengan autisme menunjukkan gejala ini. Karena perkembangan bahasa anak autisme kurang baik, banyak anak dengan autisme terhenti di echolalia dan kurang bisa menggunakan bahasanya sebagai bentuk komunikasi yang bermakna. Echolalia pengulangan kata-kata atau kalimat yang bisa terjadi langsung setelah mendengar berhari-hari, bahkan berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan sesudah itu. Contohnya sering kita mendengar anak dengan autisme yang menirukan kalimat-kalimat di TV atau film.

Pada awalnya echolalia dianggap sesuatu yang kurang baik dan harus dihilangkan, tetapi studi membuktikan bahwa echolalia bisa memiliki fungsi dasar sebagai tanda proses belajar bahasa karena echolalia membuktikan bahwa anak dapat mengingat sesuatu atau mengingat contoh percakapan sehingga diharapkan bisa menjadi kekuatan mereka. Echolalia juga menunjukkan masalah pada bahasa anak dengan autisme, bahwa anak dengan autisme belajar bahasa secara besar (kalimat) bukan per kata kata dan mereka sulit untuk berpikir secara kreatif dan logis dalam mengubah echolalia menjadi bahasa yang fungsional.

Echolalia juga bisa timbul jika anak tidak mengetahui jawaban dari pertanyaan, sehingga hanya mengikuti semua kalimat atau kata-kata terakhir yang diucapkan oleh penanya. Echolalia juga muncul karena anak stress atau tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Disini echolalia berfungsi sebagai stimming dan anak mencari keseimbangan sensorinya. Biasanya jika kemampuan berbahasa anak sudah lebih kompleks, echolalia akan menurun dengan sendirinya.

Tips-tips untuk mengatasi echolalia dengan melatih kemampuan berbahasa anak :

  1. Mengajarkan anak memahami konsep “saya ingin sesuatu saya dapat sesuatu”. Membantu anak dengan menjawab beberapa pertanyaan, misal “apa ini?” atau “apa itu?” yang menggambarkan hubungan timbal balik antara pertanyaan dan jawaban. Keduanya menggambarkan hubungan interaksi komunikasi yang tidak  sama dengan echolalia.
  2. Mengajarkan pertanyaan-pertanyaan sosial, misal “siapa namamu?”, “berapa umurmu?” lalu “kamu makan apa?”, dll.
  3. Untuk kata-kata yang saat ini digunakan anak dan anak  echolalia, berikan jawaban seharusnya setelah pertanyaan.
  4. Kemudian sekali lagi tanyakan sehingga anak mengerti jawaban apa yang harusnya di ucapkan. Contoh “apakah yang dihasilkan lebah?” anak akan menjawab “lebah”. Jadi begitu pertanyaan “apakah yang dihasilkan lebah? Madu” (langsung terapis menjawab madu). Anak menjawab “madu” sekali lagi ditanyakan “apakah yang dihasilkan lebah?” anak menjawab “madu”. Prompt pun pelan-pelan dikurangi sehingga anak dapat menjawab secara mandiri.
  5. Dalam kegiatan sehari-hari kita bisa menyelipkan aktivitas tanya jawab, dimana kita harus memposisikan diri sebagai mereka dalam menjawab pertanyaan. Contoh dalam bermain ular tangga, jika tiba giliran anak bermain, kita bisa tanya, “giliran siapa?” kita menjawab “saya” memahamkan sang anak bahwa sekarang adalah giliran dia.
  6. Pahami fungsi dari echolalia dan arahkan bahasa itu menjadi fungsional sesuai level anak.
  7. Beberapa anak yang stres, gelisah atau tidak ada kegiatan terkadang menjadi echolalia. Disini echolalia berfungsi sebagai stimming sehingga kita bisa mengarahkan anak untu terlibat kegiatan yang interaktif dua arah dan bermanfaat.

Soeriawinata, Rury, 2020, membantu anak autisme  dan ABK menemukan fungsi bahasa, jakarta: otakatiknaskah